SEPENGGAL CERITA DI SAMUDERA HINDIA
Terhampar aku lautan lepas yang luas .
Terombang ambing oleh ombak dan tak sadar aku dibawa ketepian.
Tapi tak semudah itu aku dibawa ketepian. Banyak ritual-ritual yang harus aku jalani, bahkan aku lewati. Ketahuilah, aku disini hanyalah duduk diperahu yang kecil. Kecil menurut pandanganku dan pikiranku, dibanding dengan luas samudera yang sekarang aku arungi.
Tak semudah engkau bayangkan mengarungi samudera seluas ini. Ini "Samudera Hindia" men??
Banyak pesona yangditaburkan disini. Baik keindahan laut, bahkan ketakutan diriku sendiri tentang ganasnya lautan.
Ketahuilah bahwa suatu ketika engkau akan mengalami hal semacam ini. Melihat sekeliling laut yang sangat gelap, tanpa ada satu titik cahayapun yang datang. Gelap karena terselimuti awan yang tebal. Terdengar pula dentuman- dentuman meriam awan seolah itu adalah suara dari dalam perut bumi. Lautan yang semula tenang dengan aliran yang tenang, seolah terusik dan terbangun, menjadikian ombak yang ganas, menghantam diriku dan perahuku, mengombang- ambingkan setinggi-tingginya, dengan hembusan badai yang kian detik kiankencang, membuat suasana itu kian mencengkam.
Aku bergumam dalam hati, "aku gak akan bisa selamat atas persitiwa memematikan ini, tohperahuku kecil dengan jiwa yang kecil pula," ombak begitu ganas dan siap menenggelamkanku hidup-hidup.
Disini apa yang harus aku lakukan? Tapi tunggu dulu. Aku belum menemukan darat. Aku belum menemukan yang katanya orang adalah surga dunia, yang siapa saja ada disanaaka n terpenuhi kenikmatanya. Aku ingin merasakannya, merasakan disisa umurku dengan suatu kenikmatan sebelum aku mati. Tapi dengan peristiwa seperti ini, apakah aku bisa? Apakah aku sanggup?
Didalam benakku terbesit rasa untuk menuju ke daratan. Tapi didalam tubuhkubergetar rasa keraguan yang sangat amat. Merasa diri ini semakin takut dan menggigil.
"Ah masa bodoh, bisa mati aku disini terus menerus, bisa mati jika yang ada diotakku hanyalah kematian"."Aku belum merasakan kebahagiaan, aku gak mau dikehidupanku tak merasakan apa itu kenikmatan"."Sejujurnya aku ingin itu semua.
Jiwa yang kecil kembali bangkit. Kalau memang tak bangkit, ya memang aku akan ditenggelamkan hidup-hidup disini, tanpa menemukan apa itu bahagia. Kepasrahanku mulai muncul, disertai harapan untuk mengakhiri semua ini. Aku pun mulai berdoa.
"Tuhan, aku bersamamu saat ini. Sejujurnya aku gak mau engkau takdirkan dalam kesulitan tanpa suatu kebahagiaan. Aku ingin menjadi makhlukmu yang beruntung, yang bisa merasakn kebahagiaan. Bukan keinginanku untuk mati konyol ditempat ini Tuhan"."Tuhan engkau begitu besar, maka besarkanlah jiwaku yang kecil". "Engkau begitu kuat maka kuatkanlah diriku yang sekarang ini. Maka jangan takdirkan aku mati dalam kekecewaan disini. Aku mengakui keagunganmu maka berikanlah aku sebuah kesempatan untuk hidup dan menemui apa itu yang disebut dengan kenikmatan yang abadi. Kuserahkan semua kepadamu, karena diriku dan semuanya akan kembali kepadamu pula".
Ajaib dalam kalimat terkhir yang telah aku ucapkan beberapa baris itu, ketakutanku sedikit demi sedikit tergantikan oleh rasa keberanian. "Aku harus melewati semuanya"."Aku jiwa yang tangguh"."Aku gak mudah terkalahkan"."Karena aku bukan mereka yang kalah"."Aku punya kekuatan yaitu Tuhan Semesta Alam".
Kekuatan yang maha dahsyat. Kekuatan sebenarnya buka terletak pada pandangan otot. Ternyata kekuatan yang sebenarnya terletak pada batin (fikiran yang tenang). Aku kini bangkit. "Kutak peduli engkau ombak menghantam terus-menerus diriku". "Aku takkan mati oleh air yang secara ilmiah hanyalah sebuah benda mati yang tak bernyawa, tak berkekuatan dan menurutku tak mematikan." Aku tak takut akan engkau badai bertiup," seolah melemparkan aku dan menenggelamkan aku. Engkau hanyalah sebuah angin kecil tak bernyawa. Engkau tak bisa pisahkan aku (jiwa), dengan diriku (raga). engkau tak bisa mengalahkan aku yang kuat ini." Engkau tak bisa....!!!!"Engkau tak bisa.......!!!!
"Aku berusaha menyeimbangkan diriku ditengah peristiwa yang mematikan ini." Ku gak mau perahuku terbalik karena kecerobohanku."Aku gak mau mati konyol.
Menit berganti jam, jam berganti hari. Dan aku masih mempertaruhkan dan mempertahankan nyawaku disini. Tak ada yang boleh ambil nyawaku disini."Ini bukan tempat diriku disemayamkan. "Aku terus bertahan karena aku yakin dan percaya akan janji Tuhan. Tak pedulikan ombak, badai, petir angin kencang bahkan kegelapan untuk mencoba membunuhku." Aku kuat melebihi kekuatan mereka. "Itulah diriku.
Dalam akhir perjuanganku sedikit demi sedikit mulai berubah. Angin yang semula kencang disertai badai mulai berkurang dan bahkan hilang. Ombak yang semula ganas menghantam terus menerus sampai beberapa puluh meter mulai turun dan tenang. Dan awan yang semula hitam pekat tak bercahaya, sedikit demi sedikit hilang, dan berganti dengan awan putih yang indah. Matahari pun mulai bersinar. Keadaanpun mulai tenang. Bahkan lebih tenang sebelum peristiwa itu datang.
Tak terasa aku berhari-hari melawan kejamnya lautan Mempertaruhkan nyawaku dan mempertahankan diriku. Kini semua berakhir. Begitu indah diakhir penderitaan.
Aku tak menyangka bisa selamat dari kejamnya lautan dengan hanya mengendarai perahu yang kecil ini. Menangis dan terus menangis ungkapan kebahagiaanku yang nyata dan bisa aku lihat dengan jelas ini. Yang dulu hanyalah bayangan belaka.
Aku bangga dengan diriku.
Aku bangga dengan kekuatanku.
Aku bahagia diakhir penderitaanku saat ini.
Cepat-cepat kurapatkan perahuku ketepian pantai yang indah. Aku berlari ketepian pantai sambil terus menangis melihat keindahan nyata ini. Sesampainya didaratan yang penuh pasir putih yang indah, ku tak kuasa untuk berdiri. Aku terjatuh dalam keadaan sujud kepada sang khaliq.
Engkau pertemukan aku dengan daratan. Engjau berikan kesempatan aku untuk hidup. Engkau begitu adil. Kau kirimkan aku sebuah kesulitan. yang amat besar. tapi Engkau tak lupa memperbesar jiwaku, sehingga aku menganggap kesulitan itu kecil.
Kini aku berhasil....
Aku telah melewati ujianmu...
Terima kasih Tuhan...
KIni aku berjalan diatas kemenanganku
wk: luqman taufiq h
Ajaib dalam kalimat terkhir yang telah aku ucapkan beberapa baris itu, ketakutanku sedikit demi sedikit tergantikan oleh rasa keberanian. "Aku harus melewati semuanya"."Aku jiwa yang tangguh"."Aku gak mudah terkalahkan"."Karena aku bukan mereka yang kalah"."Aku punya kekuatan yaitu Tuhan Semesta Alam".
Kekuatan yang maha dahsyat. Kekuatan sebenarnya buka terletak pada pandangan otot. Ternyata kekuatan yang sebenarnya terletak pada batin (fikiran yang tenang). Aku kini bangkit. "Kutak peduli engkau ombak menghantam terus-menerus diriku". "Aku takkan mati oleh air yang secara ilmiah hanyalah sebuah benda mati yang tak bernyawa, tak berkekuatan dan menurutku tak mematikan." Aku tak takut akan engkau badai bertiup," seolah melemparkan aku dan menenggelamkan aku. Engkau hanyalah sebuah angin kecil tak bernyawa. Engkau tak bisa pisahkan aku (jiwa), dengan diriku (raga). engkau tak bisa mengalahkan aku yang kuat ini." Engkau tak bisa....!!!!"Engkau tak bisa.......!!!!
"Aku berusaha menyeimbangkan diriku ditengah peristiwa yang mematikan ini." Ku gak mau perahuku terbalik karena kecerobohanku."Aku gak mau mati konyol.
Menit berganti jam, jam berganti hari. Dan aku masih mempertaruhkan dan mempertahankan nyawaku disini. Tak ada yang boleh ambil nyawaku disini."Ini bukan tempat diriku disemayamkan. "Aku terus bertahan karena aku yakin dan percaya akan janji Tuhan. Tak pedulikan ombak, badai, petir angin kencang bahkan kegelapan untuk mencoba membunuhku." Aku kuat melebihi kekuatan mereka. "Itulah diriku.
Dalam akhir perjuanganku sedikit demi sedikit mulai berubah. Angin yang semula kencang disertai badai mulai berkurang dan bahkan hilang. Ombak yang semula ganas menghantam terus menerus sampai beberapa puluh meter mulai turun dan tenang. Dan awan yang semula hitam pekat tak bercahaya, sedikit demi sedikit hilang, dan berganti dengan awan putih yang indah. Matahari pun mulai bersinar. Keadaanpun mulai tenang. Bahkan lebih tenang sebelum peristiwa itu datang.
Tak terasa aku berhari-hari melawan kejamnya lautan Mempertaruhkan nyawaku dan mempertahankan diriku. Kini semua berakhir. Begitu indah diakhir penderitaan.
Aku berdecak kagum melihat keindahan laut. Terlihat pelangi yang melengkung begitu indah, dengan perpaduan warna yang indah pula, menggambarkan betapa pintar sang pelukisnya. Ditambah sapuan ombak yang tenang dan angin yang semilir. Eh.. nampaknya ada yang menikmati juga. Terlihat juga ikan-ikan cantik bahkan besar muncul dipermukaan, serasa tak mau ketinggalan momen yang indah ini.
Dan dari kejauhan kulihat ada sebuah gundukan tanah, yang kian kulihat kian besar. Setelah sadar kan gumamanku, aku berteriak histeris. "Itu daratan....!!!"Tempat yang dulu aku cari-cari. Tempat yang aku pertaruhkan nyawaku untuk menuju kesitu." Kupercepat jalan perahuku. Aku gak sabar ingin cepat-cepat sampai kesana. Tak terasa aku meneteskan air mata.Aku tak menyangka bisa selamat dari kejamnya lautan dengan hanya mengendarai perahu yang kecil ini. Menangis dan terus menangis ungkapan kebahagiaanku yang nyata dan bisa aku lihat dengan jelas ini. Yang dulu hanyalah bayangan belaka.
Aku bangga dengan diriku.
Aku bangga dengan kekuatanku.
Aku bahagia diakhir penderitaanku saat ini.
Cepat-cepat kurapatkan perahuku ketepian pantai yang indah. Aku berlari ketepian pantai sambil terus menangis melihat keindahan nyata ini. Sesampainya didaratan yang penuh pasir putih yang indah, ku tak kuasa untuk berdiri. Aku terjatuh dalam keadaan sujud kepada sang khaliq.
Engkau pertemukan aku dengan daratan. Engjau berikan kesempatan aku untuk hidup. Engkau begitu adil. Kau kirimkan aku sebuah kesulitan. yang amat besar. tapi Engkau tak lupa memperbesar jiwaku, sehingga aku menganggap kesulitan itu kecil.
Kini aku berhasil....
Aku telah melewati ujianmu...
Terima kasih Tuhan...
KIni aku berjalan diatas kemenanganku
wk: luqman taufiq h